25 Mei 2009

Hiddink Rindukan Kesempurnaan Liga Inggris


LONDON, KOMPAS.com — Pelatih sementara Chelsea, Guus Hiddink, akan selalu mengingat Liga Inggris sebagai kenangan terindah dalam hidupnya. Menurutnya, Inggris adalah negara yang sempurna dalam hal sepak bola.

Hiddink dan Chelsea menyudahi Liga Inggris musim ini dengan kemenangan 3-2 atas Sunderland, Minggu (24/5). Sesuai janjinya, ia ingin laga terakhir EPL ini sebagai duel terbaik sejak ia menggantikan Luiz Felipe Scolari awal Februari silam.

Setelah laga semalam, Hiddink akan kembali ke Rusia untuk menangani tim nasional negara tersebut. Namun, sebelumnya Hiddink akan menjalani duel pungkasan bersama "The Blues" pada final Piala FA lawan Everton, Sabtu (30/5).

"Tentu saya akan merindukan Premier League. Saya telah melihatnya dari dalam dan liga ini sangat menarik," kata pelatih Guus Hiddink kepada BBC seusai duel lawan "The Black Cats".

Hiddink sebetulnya masih diharapkan kehadirannya di Stamford Bridge musim depan. Akan tetapi, ia sudah telanjur janji membawa Rusia ke putaran final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Meski demikian, Hiddink akan kembali lagi ke Inggris meskipun bukan sebagai pelatih. Ia rindu sepak bola di negara tersebut karena liga di dalamnya sangat baik.

“Saya akan kembali, tapi sebagai seorang turis. Saya menikmati reaksi (dari pendukung), ini negara sepak bola yang sempurna," tambahnya.

Meski gagal meraih gelar Liga Inggris musim ini, Hiddink tetap bangga karena Nicolas Anelka menjadi pencetak gol terbanyak Premier League. Anelka mencetak 19 gol, satu gol lebih banyak dibanding top scorer musim lalu, Cristiano Ronaldo.

FLU BABI BERPOTENSI MENULAR KE MANUSIA


SURABAYA, KOMPAS.com — Flu babi yang menular ke manusia berpotensi berkembang di Indonesia. Namun, hampir dapat dipastikan keganasan flu babi Meksiko di bawah flu unggas yang telah mewabah di Indonesia.

Kepala Laboratorium Flu Unggas Universitas Airlangga CA Nidom mengatakan, flu babi sebenarnya sudah lazim. Penyakit dengan virus H1N1 di Indonesia sudah ada sejak dulu. Subtipe di Indonesia atau H1N1 klasik tidak berbahaya. "H1N1 tipe Meksiko yang dikenal sebagai flu babi sekarang inilah yang berbahaya," katanya di Surabaya, Selasa (28/4).

Berdasarkan riset Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, H1N1 tipe Meksiko diduga kuat gabungan flu unggas, flu babi, dan flu manusia. Virus kemungkinan berubah di tubuh babi.

"Sejak 2005, saya sudah melontarkan hipotesis ini. Saya sudah khawatir ini bakal terjadi. Akhir tahun lalu saya kembali mengingatkan potensi bahaya ini. Namun, sebagian kalangan masih menentang," ujarnya.

Virus yang berubah di tubuh babi lebih mungkin menular ke manusia. Pasalnya, manusia dan babi sama-sama mamalia yang cenderung memiliki kesamaan. Sebaliknya, flu unggas tidak bisa langsung ke manusia.

"Secara teoretis, virus di unggas tidak bisa langsung ke mamalia seperti manusia. Harus ada perantara mamalia lain dan itu kemungkinan besar babi," katanya.

Di tubuh babi, virus mengalami perubahan dengan dua pola. Pola pertama berupa adaptasi. "Kalau ini terjadi, dampaknya tidak terlalu berbahaya karena tidak ada perubahan struktur virus," ujarnya.

Pola kedua berupa penyusunan ulang virus. Berdasarkan pola ini, virus bisa berkembang menjadi gabungan flu babi, flu unggas, dan flu manusia. "Jika menyimak penjelasan di AS, ada kemungkinan reassortan (penyusunan ulang)," ujarnya.

Jika hal itu terjadi, tidak tertutup kemungkinan flu babi bisa berkembang di Indonesia. Salah satu pendukungnya adalah banyaknya peternakan ayam dan babi yang berdekatan. "Sejak flu unggas merebak, saya sudah mengemukakan pentingnya menata ulang peternakan," tuturnya.

Namun, di sisi lain, keganasan H1N1 tipe Meksiko tidak seperti H5N1. Dari sekitar 1.500 kasus di seluruh dunia, baru 150 berakhir dengan kematian. "Virus ini cepat menyebar, tetapi daya rusaknya rendah. Sebaliknya H5N1 lambat menyebar. Namun, daya rusaknya amat tinggi," ujarnya.

Kurang dari sebulan, H1N1 tipe Meksiko sudah menjangkiti ribuan orang. Sementara dalam tiga tahun, kasus H5N1 hanya tercatat sekitar 300 kasus di seluruh dunia. "Saya khawatir kalau hasil penyusunan ulang menghasilkan virus cepat menular dan daya rusaknya tinggi. Syukur sejauh ini belum menunjukkan tanda ke sana," ujar Nidom.