16 Maret 2009

Teknologi Hortikultura BERTANAM CABE DI POLYBAG

Teknologi Hortikultura BERTANAM CABE DI POLYBAG
Keluaran - Teknik budidaya Cabe di Polybag Pedoman Teknis Penyiapan Benih - Benih cabe dibuat sendiri. Caranya, pilih buah cabe yang matang (merah), bentuk sempurna, segar, tidak cacat dan tidak terserang penyakit. Kemudian keluarkan bijinya dengan mengiris buah secara memanjang. Cuci biji lalu dikeringkan. Kemudian pilih biji yang bentuk, ukuran dan warna seragam, permukaan kulit bersih, tidak keriput dan tidak cacat. Bila kesulitan membuat sendiri, benih cabe dapat dibeli di toko pertanian setempat. - Benih yang akan ditanam diseleksi dengan cara merendam dalam air, biji yang terapung dibuang. Persemaian Sebelum tanam di tempat permanen (polybag), sebaiknya benih disemai dulu dalam wadah semai yang dapat berupa bak plastik atau kayu dengan ketebalan sekitar 10 cm yang dilubangi bagian dasarnya untuk pengaturan air(drainase). Persiapannya sbb :

1.Isikan dalam wadah semai media berupa tanah pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Untuk menghilangkan gangguan hama berikan Curater 3 G takaran 10 10 gr/m2. Media ini disiapkan 1 minggu sebelum penyemaian benih.

2. Benih yang akan ditanam, sebelumnya direndam dalam air hangat (50 derajat Celcius) semalam. Lebih baik lagi bila diberi zat pengatur tumbuh seperti Atonik.

3. Tebarkan benih secara merata di media persemaian, bila mungkin beri jarak antar benih 5 x 5 cm sehingga waktu tanaman dipindah/dicabut, akarnya tidak rusak. Usahakan waktu benih ditanam diatasnya ditutup selapis tipis tanah. Kemudian letakkan wadah semai tersebut di tempat teduh dan lakukan penyiraman secukupnya agar media semai tetap lembab.

Pembibitan

1. Benih yang telah berkecambah atau bibit cabe umur 10-14 hari (biasanya telah tumbuh sepasang daun) sudah dapat dipindahkan ke tempat pembibitan.
2. Siapkan tempat pembibitan berupa polybag ukuran 8 x 9 cm atau bumbungan dari bahan daun pisang sehingga lebih murah harganya. Masukkan ke dalamnya campuran tanah, pasir dan pupuk kandang serta tambahkan Curater 3 G.
3. Pindahkan bibit cabe ke wadah pembibitan dengan hati-hati. Pada saat bibit ditanam di bumbungan, tanah di sekitar akar tanaman ditekan-tekan agar sedikit padat dan bibit berdiri tegak. Letakkan bibit di tempat teduh dan sirami secukupnya untuk menjaga kelembabannya. Pembibitan ini untuk meningkatkan daya adaptasi dan daya tumbuh bibit pada saat pemindahan di tempat terbuka.
4. Bibit bisa ditanam di polybag setelah berumur 30-40 hari.

Persiapan Media Tanam Polybag

1. Siapkan polybag tempat penanaman yang berlubang kiri kanannya untuk pengaturan air.
2. Masukkan media tanam ke dalamnya berupa campuran tanah dengan pupuk kandang 2 : 1 sebanyak 1/3 volume polybag. Tambahkan Furadan atau Curater 3 G 2 - 4 gr/tanaman untuk mematikan hama pengganggu dalam media tanah.
3. Masukkan campuran tanah dan pupuk kandang ke dalam polybag setinggi 1/3 nya
4. Tambahkan pupuk buatan sebagai pupuk dasar yaitu 10 gr SP 36, 5 gr KCl dan 1/3 bagian dari campuran 10 gr Urea + 20 gr ZA per tanaman (2/3 bagiannya untuk pupuk susulan). Kemudian siram dengan air agar pupuk laur dalam tanah.

Penanaman

1. Pilih bibit cabe yang baik yaitu pertumbuhannya tegar, warna daun hijau, tidak cacat/terkena hama penyakit.
2. Tanam bibit tersebut di polybag penanaman. Wadah media bibit harus dibuka dulu sebelum ditanam. Hati-hati supaya tanah yang menggumpal akar tidak lepas. Bila wadah bibit memakai bumbungan pisang langsung ditanam karena daun tersebut akan hancur sendiri. Tanam bibit bibit tepat di bagian tengah, tambahkan media tanahnya hingga mencapai sekitar 2 cm bibir polybag.
3. Padatkan permukaan media tanah dan siram dengan air lalu letakkan di tempat terbuka yang terkena sinar matahari langsung.

Pemeliharaan

1. Lakukan penyiraman secukupnya untuk menjaga kelembaban media tanah polybag.
2. Lakukan pemupukan susulan : Umur 30 hari setelah tanam : 5 gr Kcl per tanaman. Umur 30 dan 60 hari setelah tanam : masing-masing 1/3 bagian dari sisa campuran Urea dan ZA pada pemupukan dasar.
3. Lakukan perompesan/pembuangan cabang daun di bawah cabang utama dan buang bunga yang pertama kali muncul.
4. Untuk mengendalikan hama lalat buah penyebab busuk buah, pasang jebakan yang diberi Antraxtan. Sedang untuk mengendalikan serangga pengisap daun seperti Thrips, Aphid dengan insektisida seperti Curacron. Untuk penyakit busuk buah kering (Antraknosa) yang disebabkan cendawan, gunawan fungisida seperti Antracol. Dosis dan aplikasi masing-masing obat tersebut dapat dilihat pada labelnya. Panen - Cabai merah dapat dipanen umur sekitar 80 hari setelah tanam. Pemetikan cabe dapat dilakukan 1-2 kali seminggu disesuaikan dengan kebutuhan. Pemetikan dilakukan dengan hati-hati agar percabangan/tangkai tanaman tidak patah.

Di sadur dari :http://www.nguntoronadi.wonogiri.org

CARA BETERNAK SAPI POTONG

CARA BETERNAK SAPI POTONG
I. PENDAHULUAN
Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut ketersediaan akan daging yang terus meningkat pula. Sehubungan dengan hal tersebut, ternak sapi khususnya sapi potong merupakn salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Sebab sektor atau kelompopk ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang dan lain sebagainya. Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani. Sapi sebgai salah satu hewan pemakan rumput sangat berperan sebagai pengumpul bahan bergizi rendah yang dirubah menjadi bahan bergizi tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging. Daging untuk pemenuhan gizi mulai meningkat dengan adanya istilah ”Balita” dan terangkatnya peranan gizi terhadap kualitas generasi penerus. Jadi untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani dari daging ini kita khhususnya peternak perlu meningkatkan [roduksi daging. Perkembangan usaha penggemukan sapi didorong oleh permintaan daging yang terus menerus meningkat dari tahun ke tahun.
II. MEMILIH JENIS SAPI
Sapi-sapi lokal yang terdapat di Propinsi Banten kesemuanya dapat digunakan untuk usaha penggemukan. Akan tetapi tidaklah semua jenis sapi itu mempunyai prospek yang sama untuk digemukkan. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menentukan jenis sapi yang lebih prospektif untuk digemukkan.
Indikator-indikator tersebut adalah :
  • v Jumlah populasi
  • v Jumlah pertambahan populasi setiap tahun
  • v Penyebaran
  • v Produksi karkas dan
  • v Efisiensi penggunaan pakan Jenis-jenis sapi potong yang biasa dipelihara adalah : sapi Bali, sapi Madura, sapi Ongole, sapi Peranakan ongole, sapi Charolois, sapi Hereford, sapi Brangus dan lain-lain. dipelihara masyarakat
III. PEMELIHARAAN DAN UKURAN KANDANG
Dibandingkan dengan kandang sapi milik petani di Eropa, maka kandang sapi petani-petani di Propinsi Banten walaupun hanya terdiri dari tiang bambu, atap rumbia dan lantai yang dipadatkan, tetapi cukup baik. Ini disebabkan karena petani di Propinsi Banten hanya memilik sapi antara 3-4 ekor, dimana sapi-sapi tersebut hanya pada malam hari saja dipelihara dalam kandang, sedang pada siang hari ternak diikat di halaman rumah karena tidak dikerjakan atau digembalakan. Setiap pagi bilamana sapi sudah dikeluarkan, maka kotoran dalam kandang dibersihkan bersama-sama sisa makanan diangkut dan dimasukkan ke dalam lubang yang telah disediakan, untuk kemudian dijadikan pupuk, sedang bekas-bekas urine disiram dengan abu dari api unggun. Tentang tempat makanan untuk ternak petani di Propinsi Banten tidak membutuhkan perlengkapan, oleh karena makanan yang diberikan adalah rumput, daun-daunan dan jerami, tidak pernah dan jarang sekali diberikan makanan konsetrat, kecuali sapi-sapi yang digemukkan. Makanan cukup diletakkan di tanah, bila perlu dibatasi dengan palang-palang dari bambu atau kayu. Kandang untuk sapi potong hendaknya dibuat dari bahan-bahan yang murah tapi kuat, keadaannya harus terang dan pertukaran udara bebas. Atap dari genting/rumbia/ilalang. Lantai sebaiknya disemen atau sekurang-kurangnya tanah dipadatkan.
IV. MAKANAN
Sapi-sapi petani di Propinsi Banten diberi makan rumput, daun-daunan atau jerami. Umumnnya secara kualitas maupun kuantitas makanan sapi-sapi itu cukup baik. Ini dapat dilihat dari keadaan sapi-sapinya yang cukup segar, gemuk dan kesehatan baik. Bila dipandang perli petani di Propinsi Banten menyediakan makanan untuk musim kemarau. Biasanya petani menyimpan jerami, penyimpanan makanan ini tidak perlu banyak karena ternak yang dipelihara hanya sebanyak 3-4 ekor.
Pakan untuk sapi potong dapat dikelompokkan menjadi :
a. Hijauan Hijauan yang berkualitas baik (rumput unggul atau campuran rumput dengan hijauan kacang-kacangan) umumnya sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertunbuhan dan reproduksi yang normal sehingga pada pemeliharaan sapi dianjurkan lebih banyak menggunakan hijauan (85-100%), apabila hijauan banyak tersedia, pemberian konsentrat hanya dianjurkan untuk keadaan tertentu saja seperti saat sulit hijauan (di musim kemarau) atau untuk penggemukkan. Contoh hijauan unggul :
  • v Rumput setaria
  • v Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
  • v Rumput raja (Kinggrass)
  • v Rumput benggala (Panicum maximum)
  • v Rumput bede (Brachiaria decumbens)
  • v Lamtorogun(Leucaena leucocepala)
  • v Turi (Sesbania grandiflora)
  • v Gamal (Gliricidia maculata
  • v Kaliandra Contoh hijauan limbah pertanian :
  • v Jerami kacang panjang
  • v Jerami kedelai
  • v Jerami padi
  • v Jerami jagung
b. Konsentrat Contoh konsentrat :
  • v Dedak padi
  • v Onggok (ampas singkong)
  • v Ampas tahu
  • v Dan lain-lain
c. Makanan tambahan
  • Contoh : vitamin, mineral dan urea Secara umum makanan untuk seekor sapi setiap hari sebagai berikut : - Hijauan :35-47 kg atau bervariasi menurut berat dan besar badan - Konsentrat : 2-5 kg - Makanan tambahan : 30-50 gram
V. KESEHATAN
Salah satu unsur perawatan yang juga tidak boleh diabaikan adalaj penjagaan kesehatan termasuk pula pencegahan masuknya penyakit ke peternakan. Berbagai jenis penyakit pada sapi yang sering berjangkit baik yang menular ataupun yang tidak menular. Penyakit menular yang terjangkit pada umumnya menimbulkan kerugian besar bagi peternak dari tahun ke tahun ribuan ternak sapi menjadi korban penyakit radang limpa (Anthrax), ribuan ternak sapi lainnya kemudian terkena serangan penyakit mulut dan kuku, serta penyakit surra.
Beberapa jenis penyakit yang sering terjadi pada sapi potong adalah :
a. Anthrax (radang limpa)
b. Penyakit mulut dan kuku
c. Penyakit surra d. Penyakit radang paha
e. Penyakit Bruccellosis (keguguran menular)
f. Kuku busuk (foot ror)
g. Cacing hati
h. Cacing perut
i. Dan lain-lain
VI. PERKEMBANGBIAKAN
Pada usaha ternak sapi potong yang sistem produksinya untuk menghasilkan anak-anak sapi yang hampir sama umurnya dalam jumlah yang besar untuk dijual sebagai anak sapi (Feeder Cattle), maka perkawinannya dilakukan secara musiman Sapi potong mulai dewasa kelamin yaitu apabila mulai timbul oestrus (tanda-tanda birahi, bronst). Pada umur 8-12 bulan, tergantung pada bangsa-bangsa, makanan, dan lingkungannya. Cara perkawinan pada sapi potong dapat dilakukan dengan pengaturan dan pengawasan sepenuhnya ooleh manusia yang disebut cara ”Hand Mating” yaitu pemeliharaan jantan dan betina dipisah dan bila ada betina yang bronst, diambilkan pejantanya agar mengawininya atau dilakukan perkawinan buatan atau dengan cara perkawinan bebas di padang rumput. Dimana sapi-sapi jantan dan betina yang sudah dewasa pada musim perkawinan dilepas bersama-sama, bila ada sapi-sapi betina yang bronst tanpa campur tangan si pemilik akan terjadi perkawinan. Cara perkawinan inilah yang lazim dilakukan pada usaha sapi potong dimana perkawinan biasabya dilakukan secara musiman.
VII. PENGOLAHAN HASIL
Beragamnya jenis produk olahan ternak dengan nilai tambah yang tinggi memberikan kesempatan kepada masyarakat di Propinsi Banten untuk memilih berbagai alternatif. Jenis olahan dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan minat masyarakat. Dibandingkan dengan produk olahan memiliki daya tahan yang lebih lama sehingga dapat mengurangi resiko akibat perubahan harga. Selain itu, dalam upaya turut menjaga kelestarian lingkungan, pengolahan produk sampingan seperti kulit, tulang dan darah dapat mengurangi resiko pencemaran lingkungan. Penanganan yang cermat dan teliti sangat diperlukan dalam proses produksi untuk menghasilkan pruduk olahan sesuia dengan standar yang sngat erat kaitannya dengan mutu dan kesehatan produk yang dihasilkan. Hal ini menjadi kendala utama dalam memperkenalkan teknologi pengolahandi wilayah pedesaan, karena pengembangan agribisnin dan agroindustri peternakan dan hasil ikutannya belum berkembang dengan optimal di Propinsi Banten. Hasil dari olahan ternak sapi potong diantaranya adalah :
a. daging bisa diolah sebagi dendeng, daging asap, sosis, bakso,abon, corned.
b. kulit bisa diolah sebagi bahan untuk pembuatan tas, sepatu, ikat pinggang.
VIII. PEMASARAN
Didalam pemasaran hasil sebaiknya dikoordinasikan oleh kelompok tani atau ternak KUD. Agar biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak karena bisa ditanggung bersama-sama. Pemasaran hasil sapi potong selain dipasarkan sebagai sapi potong berupa produk daging, juga sering dijual dalam keadaan hidup dan sebaiknya memilih standar harga per kilogram berat hidup. Hasil panen ternak sapi potong dapat berupa daging dan kulit serta hasil sampingnya berupa pupuk tau gas bio.
TERNAK SAPI BAGIAN KE II
BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG ( Bos sp. )
1. SEJARAH SINGKAT
Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di India. Sapi Bali yang banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong pada awalnya dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah seperti: Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi.
2. SENTRA PETERNAKAN
Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura banyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi. Sapi jenis Aberdeen angus banyak terdapat di Skotlandia. Sapi Simental banyak terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari India dan banyak dikembangkan di Amerika.
3. J E N I S
Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan). Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapi Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman. Sapi Bali berat badan mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%. Sapi Aberdeen angus (Skotlandia) bulu berwarna hitam, tidak bertanduk, bentuk tubuh rata seperti papan dan dagingnya padat, berat badan umur 1,5 tahun dapat mencapai 650 kg, sehingga lebih cocok untuk dipelihara sebagai sapi potong. Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih. Sapi Brahman (dari India), banyak dikembangkan di Amerika. Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.
4. MANFAAT
Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur. Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:
  • 1) Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket.
  • 2) Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan
  • 3) Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.
5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan. Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat. Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m). Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.
1) Konstruksi dan letak kandang Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar. Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.
2) Ukuran Kandang Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5x1 m.
3) Perlengkapan Kandang Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai. Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.
6.2. Pembibitan Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
  • 1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
  • 2) Matanya tampak cerah dan bersih.
  • 3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
  • 4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
  • 5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
  • 6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.
  • 7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
  • 8) Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.
Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah setempat.
Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut:
1) tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
2) kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
3) laju pertumbuhannya relatif cepat.
4) efisiensi bahannya tinggi.
6.3. Pemeliharaan Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang.
Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah :
a) Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.
b) Mempermudah perawatan dan pemantauan.
c) Menjaga keamanan dan kesehatan sapi. Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga..
Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging. Sanitasi dan Tindakan Preventif Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Pemberian Pakan Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua. Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput. Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum. Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro. Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar. Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll. Pemeliharaan Kandang Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit
1. Penyakit antraks Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala:
(1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar;
(2) gangguan pernafasan;
(3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul;
(4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina;
(5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah;
(6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman. Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE) Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala:
(1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening;
(2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis;
(3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali;
(4) air liur keluar berlebihan. Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE) Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala:
(1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan;
(2) leher, anus, dan vulva membengkak;
(3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua;
(4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok.
Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam. Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot) Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala:
(1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh;
(2) kulit kuku mengelupas;
(3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit;
(4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
7.2. Pengendalian Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan.
Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
3. Mengusakan lantai kandang selalu kering.
4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
8. P A N E N
8.1. Hasil Utama Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya
8.2. Hasil Tambahan Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi potong.
9. PASCA PANEN
9.1. Stoving Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
1. Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan
2. Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.
3. Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
9.2. Pengulitan Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit sapi dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
9.3. Pengeluaran Jeroan Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi.
9.4. Pemotongan Karkas Akhir dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, untuk menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh, dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara maju terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer, heifer dan cow yang akan dipotong. Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan. Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai dengan lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah daging di daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang 11%, dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut di atas dihitung dari berat karkas (100%). Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut: Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 % Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan).

Di sadur dari :http://www.nguntoronadi.wonogiri.org